2+3=6

Wednesday, December 7, 2011

Suatu hari, aku dapet keberuntungan buat menggantikan seseorang ikut seminarnya Mr. Rohani. ya walaupun atas nama ybs, sih. Tp gak masalah, yg pnting ane dapet ilmunya, hoho.
Dulu pernah ikut seminar beliau, emang inspiratif banget. Bikin hati n otak tergugah.
Sayangnya, orang2 macam aku tergugahnya ya pas hari seminar doank. habis itu,lupa, en balik lagi kaya biasanya.
So, kali ini, mumpung premium (yg sebelumnya gratisan sih) kualitasnya pasti beda. en kali ini musti dicatet poin2nya, biar bisa inget lagi tiap baca. 
Nyeritain di sini juga salah satu cara biar tambah 'melekat' juga sih.


Dari berbagai ilustrasi selama seminar, ada beberapa yg bikin otak bilang 'oh iya ya'. Kalo gak salah pas ada di bagian 'mempengaruhi pikiran bawah sadar. ilustrasinya 'berjudul' 2+2=6. Kurang lebih ceritanya begini; agak2 lupa sih, tapi intinya sama.


Suatu hari di sebuah SD sedang ada pelajaran Matematika. Kemudian sang guru bertanya kepada para siswa,
"Anak-anak, berapa 2 ditambah 6 ?"
Lalu seseorang dari deretan bangku belakang dengan semangatnya langsung mengacungkan jari.
"Saya tahu, Pak!" kata si anak, sebut saja Doni (habis lupa sih, setidaknya masih mending daripada 'Bunga' ato 'Mawar'
"Yak, Doni. Berapa jawabannya?" tanya sang guru. Lalu dengan lantang Doni menjawab,
"Enam!!"
.
.
.
sontak sang guru bilang, "Salah!" dan tawa pun meledak di seluruh penjuru ruangan.
Doni pun sontak terdiam melihat reaksi yang timbul terhadap jawabannya.


Kemudian Doni berpikir bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang memalukan. Bahwa lebih baik tidak menjawab kalau belum tahu pasti benar atau salah. Dan bahwa lebih baik jangan terburu-buru mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan.


Semangat Doni - yang tadi ditunjukkanya saat mengacungkan tangan - menurun drastis.
Semenjak hari itu, dia tidak pernah lagi mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan. Dia menjadi sosok yang pasif dan pendiam.


Itu semua karena alam bawah sadarnya berpikir bahwa, "manusia tidak boleh melakukan kesalahan" atau orang2 akan menertawaimu, sehingga dia tidak berani melakukan apapun. Dan hal itu berefek buruk bagi masa depannya.


Lalu siapa yang patut disalahkan?
Apakah sang guru, yg telah memberikan reaksi yang membuat anak2 lain merasa sah untuk tertawa?


ya. 


Kejadiannya tidak akan seperti itu jika reaksi sang guru berbeda.


Flashback...


Guru : "Anak-anak, berapa 2 ditambah 3 ?"
Dengan penuh semangat Doni langsung mengacungkan jari.
Doni : "Saya tahu, Pak!"
Guru : "Yak, berapa, Doni?"
Doni : "ENAM!!"


Sang guru emang rada terkejut, tapi kemudian menenangkan diri dan bereaksi,


Guru : "Iyak, Doni. Semangat sekali. Baik, tadi berapa jawabannya, (sambil menulis di papan tulis, 2+3), Doni menjawab enam. Mari kita hitung bersama-sama. Dua ditambah tiga sama dengan.. lima. Yak, Doni. Jawabanmu benar jika hasilnya ditambah lagi satu. Tapi kamu luar biasa karena berani menjawab, dan bersemangat sekali. Terima kasih, Doni.
Oke pertanyaan selanjutnya ......."


Pelajaran berjalan seperti biasa. Tidak ada anak2 yang menertawakannya. Doni pun juga mengetahui dimana letak kesalahan jawabannya.




Lalu, apakah pada hari2 berikutnya Doni masih berani mengacungkan jari untuk menjawab ?




Tentu.




Apakah semangatnya dalam belajar semakin bertambah?




Pastinya.






intisari : 

  • Melakukan kesalahan tidak buruk, selama kita tidak berkubang dalam kesalahan itu selamanya.
  • Memberi affirmasi positif pada seseorang akan mempengaruhi alam bawah sadarnya secara positif, dan akan berefek positif juga.
  • Setiap hal pasti ada sisi baiknya. Pujilah hal baik itu, lalu kritiklah kesalahannya. Dengan begitu orang akan lebih mudah menerima kritikan yang kita sampaikan.