2+3=6

Wednesday, December 7, 2011

Suatu hari, aku dapet keberuntungan buat menggantikan seseorang ikut seminarnya Mr. Rohani. ya walaupun atas nama ybs, sih. Tp gak masalah, yg pnting ane dapet ilmunya, hoho.
Dulu pernah ikut seminar beliau, emang inspiratif banget. Bikin hati n otak tergugah.
Sayangnya, orang2 macam aku tergugahnya ya pas hari seminar doank. habis itu,lupa, en balik lagi kaya biasanya.
So, kali ini, mumpung premium (yg sebelumnya gratisan sih) kualitasnya pasti beda. en kali ini musti dicatet poin2nya, biar bisa inget lagi tiap baca. 
Nyeritain di sini juga salah satu cara biar tambah 'melekat' juga sih.


Dari berbagai ilustrasi selama seminar, ada beberapa yg bikin otak bilang 'oh iya ya'. Kalo gak salah pas ada di bagian 'mempengaruhi pikiran bawah sadar. ilustrasinya 'berjudul' 2+2=6. Kurang lebih ceritanya begini; agak2 lupa sih, tapi intinya sama.


Suatu hari di sebuah SD sedang ada pelajaran Matematika. Kemudian sang guru bertanya kepada para siswa,
"Anak-anak, berapa 2 ditambah 6 ?"
Lalu seseorang dari deretan bangku belakang dengan semangatnya langsung mengacungkan jari.
"Saya tahu, Pak!" kata si anak, sebut saja Doni (habis lupa sih, setidaknya masih mending daripada 'Bunga' ato 'Mawar'
"Yak, Doni. Berapa jawabannya?" tanya sang guru. Lalu dengan lantang Doni menjawab,
"Enam!!"
.
.
.
sontak sang guru bilang, "Salah!" dan tawa pun meledak di seluruh penjuru ruangan.
Doni pun sontak terdiam melihat reaksi yang timbul terhadap jawabannya.


Kemudian Doni berpikir bahwa melakukan kesalahan adalah hal yang memalukan. Bahwa lebih baik tidak menjawab kalau belum tahu pasti benar atau salah. Dan bahwa lebih baik jangan terburu-buru mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan.


Semangat Doni - yang tadi ditunjukkanya saat mengacungkan tangan - menurun drastis.
Semenjak hari itu, dia tidak pernah lagi mengacungkan jari untuk menjawab pertanyaan. Dia menjadi sosok yang pasif dan pendiam.


Itu semua karena alam bawah sadarnya berpikir bahwa, "manusia tidak boleh melakukan kesalahan" atau orang2 akan menertawaimu, sehingga dia tidak berani melakukan apapun. Dan hal itu berefek buruk bagi masa depannya.


Lalu siapa yang patut disalahkan?
Apakah sang guru, yg telah memberikan reaksi yang membuat anak2 lain merasa sah untuk tertawa?


ya. 


Kejadiannya tidak akan seperti itu jika reaksi sang guru berbeda.


Flashback...


Guru : "Anak-anak, berapa 2 ditambah 3 ?"
Dengan penuh semangat Doni langsung mengacungkan jari.
Doni : "Saya tahu, Pak!"
Guru : "Yak, berapa, Doni?"
Doni : "ENAM!!"


Sang guru emang rada terkejut, tapi kemudian menenangkan diri dan bereaksi,


Guru : "Iyak, Doni. Semangat sekali. Baik, tadi berapa jawabannya, (sambil menulis di papan tulis, 2+3), Doni menjawab enam. Mari kita hitung bersama-sama. Dua ditambah tiga sama dengan.. lima. Yak, Doni. Jawabanmu benar jika hasilnya ditambah lagi satu. Tapi kamu luar biasa karena berani menjawab, dan bersemangat sekali. Terima kasih, Doni.
Oke pertanyaan selanjutnya ......."


Pelajaran berjalan seperti biasa. Tidak ada anak2 yang menertawakannya. Doni pun juga mengetahui dimana letak kesalahan jawabannya.




Lalu, apakah pada hari2 berikutnya Doni masih berani mengacungkan jari untuk menjawab ?




Tentu.




Apakah semangatnya dalam belajar semakin bertambah?




Pastinya.






intisari : 

  • Melakukan kesalahan tidak buruk, selama kita tidak berkubang dalam kesalahan itu selamanya.
  • Memberi affirmasi positif pada seseorang akan mempengaruhi alam bawah sadarnya secara positif, dan akan berefek positif juga.
  • Setiap hal pasti ada sisi baiknya. Pujilah hal baik itu, lalu kritiklah kesalahannya. Dengan begitu orang akan lebih mudah menerima kritikan yang kita sampaikan.

Untitled 1

Saturday, November 26, 2011

Aku tidak mau menunggu angin yg berhembus.


Aku,,, yg akan menciptakan angin itu.




Aku, aku,, aku ingin mengulangi hidupku dari awal,,,Seandainya bisa,,,


Apa? kata bodoh macam apa itu.
Jangan berandai-andai. Mengharapkan, menyesali sesuatu yg tak akan berubah.


Mau apa kau jika semua kembali ke awal?


Kalau maksudmu adalah untuk menghindari kesalahan yg kau lakukan, itu bodoh sekali.
bodoh sekali.
Apa kau pikir, saat kau kembali ke masa lalu, kau akan tahu, bahwa apa yg akan kau lakukan itu adalah sebuah kesalahan?
Ah....

memang benar. 
Lalu, aku harus bagaimana?


Kau bertanya? padaku?
Berapa kali lagi kau akan melakukan kebodohan, hah?


Apa,, maksudmu?


Kalau kau berpikir kembali ke masa lalu adalah cara untuk memperbaiki kesalahanmu, justru kau sedang melakukan kesalahan yg kesekian kali.
Kenapa?
Karena kembali ke masa lalu itu tidak mungkin. Berarti kau menempatkan dirimu sendiri ke posisi tidak mungkin.
Tidak mungkin, memperbaiki kesalahan.


Aku...


Diamlah.
Oke, aku tanya padamu.
Berapa juta kali kau mendengar kata "nasi sudah menjadi bubur"?


Apa?


Ya. Kau pasti telah mendengarnya jutaan kali.
Nasi, yg sudah menjadi bubur itu tidak akan kembali lagi menjadi nasi.
Jika sudah mengetahui fakta itu, lalu apa yg akan kau lakukan?


Aku.. em.. yah.. memakan bubur itu?


Benar.
Bubur itu memang masih bisa dimakan. Lalu? hanya itu?



Oh, ayolah. katakan apa yg ingin kau katakan.


Hoo.. Lihatlah, rasa ingin tahumu memang besar. Tapi sayangnya, untuk mencari tahu sesuatu itu, kau tidak berusaha berpikir terlebih dahulu.


Oke, oke. Aku kalah. Kali ini saja, kumohon.


Yah,, Baiklah.


Kau tahu, saat nasi menjadi bubur, jangan membuang-buang waktu dengan berharap kau bisa kembali ke masa saat nasi itu belum menjadi bubur.
Tapi,
Gunakanlah sisa beras yg kau miliki, untuk membuat nasi, dengan cara yg benar, agar tidak akan menjadi bubur, mengulangi kesalahan yg sama. Kau mengerti?


oh, klise sekali. Semua orang tahu itu. Lalu, bagaimana jika tidak ada beras yg tersisa?

Tidak ada beras yg tersisa?

ada tidaknya beras, tergantung dirimu sendiri.


Jika beras adalah harapan, maka kau akan selalu memiliki beras untuk kau masak, selagi kau masih memiliki harapan.


Jika beras adalah usia, maka kau masih memiliki beras, meski dalam jumlah yg terbatas, untuk kau masak dengan cara yg lebih baik lagi. Dan dengan persediaan terbatas itu, kau tidak akan menghambur-hamburkannya.


Apa aku benar?






Dan anginpun berhembus,,,,

Lovely Flower

Wednesday, November 9, 2011


Kau,,,,

Tumbuhlah,,
Tumbuhlah dengan sehat,, kuat,, lebat,, dan indah,,,

di tempat yang tepat.

Aku dan Karate Part II

Tuesday, October 18, 2011

Aku dan Karate Part II
“Bertahanlah,, karena dengan bertahan, perjuanganmu yang sebelumnya tidak akan sia-sia.”
Sudah berlalu 6 tahun semenjak pertama kali aku ikut karate. Kini, aku sudah menjadi mahasiswa Universitas Negeri Semarang. Dalam masa2 orientasi ada satu event tahunan yg disebut demo expo. Di acara tersebut, UKM-UKM yg ada di UNNES membuka stan untuk memperkenalkan UKM mereka, sekaligus promosi dan pendaftaran bagi calon anggota baru. Mahasiswa baru yg datang ke acara tersebut boleh mengunjungi stan2 yg mereka inginkan. Waktu itu, Stan UKM2 yg menarik perhatianku kukunjungi semua, dan mengumpulkan leaflet yg ada. Siapa tau sewaktu2 aku ingin gabung. Tapi khusus untuk satu UKM , aku langsung daftar. Tentu itu adalah UKM karate.
GOKASI or INKAI?
Pertama kali aku ke Semarang untuk pindah, aku membawa serta dogi (seragam karate) ku. Pokoknya kalau ada karate, aku mau daftar. Syukurlah, ternyata benar2 ada. Tapi untuk jaga2, aku membawa sabuk putihku. Dan benar ternyata, UKM karate yg aku ikuti beda perguruan. Dulu aku ikut GOKASI, dan sekarang adanya INKAI. Aku sih gak peduli, pokoknya karate. Persetan dg perguruan. Apa boleh buat, aku mesti ulang dari awal lagi dan menanggalkan semua atribut yg terpasang di dogiku.
Senpaiku bernama sn. A. Sabuk hitam, entah DAN berapa. Tapi kurasa beliau sudah belajar cukup lama, mengingat usianya mungkin paruh baya, hahay. Lagipula, saat latihan pertama kali, beliau juga langsung tahu kalau aku pernah ikut bela diri sebelumnya. Emh, tapi mungkin karena gerakanku emang bagus, jd agak menonjol, apa boleh buat. :D lol. Meski begitu, aku tetap latihan serius, sebab aku malu, pernah belajar 3 tahun, tp powerku lemah banget. Mungkin kalo diluaran ketemu orang jail, kupukul atau kutendangpun mereka bakal ketawa doang, sambil berkata,"Ngapain,mba? kebanyakan nonton Power Ranger ni pasti.". :P
Mengukur Power (versiku)
Lalu gimana caranya aku tau powerku udah oke apa belum? Entah, tapi aku selalu kagum tiap kali sn A ato senior2ku yg sabuk atas sedang praktek pukulan dan tendangan. Setiap kali mereka memukul atau menendang, terdengar suara seperti gesekan baju. Zab, zzrrb,, atau gmn tuh ah romawinya entahlah, yg jelas, saat aku praktek sendiri, nggak ada suaranya sama sekali. Apa karena kualitas baju? Kurasa enggak. Bajuku juga mahal, pada masanya :D. Jadi itu pasti karena kecepatan dan kekuatan yg dikeluarkan. Sejak itu, tiap kali latihan chuki (pukulan) atau geri (tendangan), aku sering senyum2 sendiri kalau merasa telah mendengar sedikit suara dogiku berkelebat (lumayan lho ya):D
Ujian Kenaikan Tingkat
Aku mengulang dari awal, tentu aku harus ujian sabuk putih. Sayangnya, saat ada ujian pertama kali, aku nggak ikut karena tanggalnya bertepatan dg waktu liburan, dimana aku lagi pingin pulkam. Jadi, aku melewatkan satu kesempatan ujian.
Latihan berikutnya (setelah ujian) aku memakai sabuk putih, tentu saja. Dan teman2 seangkatanku sudah kuning ('0'). Lalu aku ditegur oleh senpai A, kenapa aku gak pake sabuk kuning. Setelah tahu bahwa aku nggak ikut ujian, beliau malah ketawa ,lalu Katanya, "Udah, kamu gak usah ikut ujian, itu saya punya sabuk kuning di rumah. Mau saya bawakan? tinggal pake aja, kalo mau." Sebenernya sih mau bangeet, hahay. Kan itu artinya beliau mengakui kemampuanku, hohoho.. (sombong lagi deh). Apalagi saat istirahat dan ngobrol2 dg para senior, ternyata ada dua seniorku yg pernah lompat sabuk, dari putih langsung hijau. Mereka adalah ms R dan Ms H. Mereka bilang, saat itu dari semua dojo, hanya mereka berdua yg lompat sabuk. Sejak itulah aku bertekad, pokoknya, ujian selanjutnya aku harus ikut dan langsung meraih sabuk hijau!.
Ujian Kenaikan Tingkat yg kutunggu-tunggu
Akhirnya ujian yg aku tunggu2 tiba. Aku super semangat untuk meraih targetku: sabuk hijau. Ujian dimulai seperti biasa. Tapi kemudian usai diuji kata I dan II (materi sabuk putih) aku tiba2 dipanggil ke luar barisan. Di depan para penguji aku diminta memperagakan salah satu kata. Lalu aku peragakan sampai selesai. Setelah itu, ternyata penguji bilang kalau aku salah memperagakan kata. Aku diminta memperagakan kata III (materi kuning ke hijau) tapi malah memperagakan kata I (dengan pede pula). Habis, namanya mirip sih, lagipula mana kepikiran kalo aku bakal diminta peragaan kata tiga (membela diri mode on). Dan akupun kembali ke barisan sambil bergumam, betapa begonya diriku. :(
Sesi ujian sabuk putih berakhir. Lagi-lagi aku diminta maju ke depan barisan. Kali ini aku tau aku disuruh peragaan kata III :D. Awalnya aku memperagakan dg sangat mantap. Lalu ditengah gerakan, aku bimbang, di bagian ini ada kata lain yg gerakannya mirip. Lalu gerakan A atau B yg untuk kata III??? Satu detik kemudian, aku bergerak begitu saja, dan penguji langsung berkata,”ya, cukup”. Ctyaaarrr! Mampuslah aku. Berarti, mestinya gerakan yg satunya yg aku pilih. Tidaak! Aku down, dan langsung meninggalkan ruangan. “aduh” batinku, sambil memegangi kepala yg gak kenapa-napa. Orang2 di luar menyayangkan, mereka bilang, mestinya aku bisa dapet sabuk hijau. Lalu aku teringat, sebelum ujian aku sempat latihan kata I dan II. Tapi pas mau latihan kata III, aku mengurungkan niatku, barangkali dikira sok, karena itu bukan materi yg diujikan. Padahal, kalau aku tadi latihan, pasti pas diuji aku gak akan keliru. Aku terlalu mengkhawatirkan pandangan orang tentang diriku. Padahal mereka pun mungkin sebenarnya peduli pun tidak. Aku memadamkan apiku sendiri.
“Bila kamu merasa tinggi, berhati hatilah mungkin kamu sedang kehilangan pijakan di bumi.”
Aku lari ke tempat teman2ku berkumpul, lalu merebahkan diri di lantai. Aku marah sama kebodohanku, lalu ditengah emosi aku berteriak,”A*U!!!”. Suasana hening selama beberapa detik, Lalu aku tersadar, disekelilingku banyak anak2 kecil dari dojo lain, dan juga beberapa anggota abri yg sedang bertugas (tempat ujiannya memang di markas mereka). Aduuh,,, penyesalanku makin bertambah saja.
Masih dalam posisi yg sama, aku memikirkan lagi kebodohanku. Saat itulah aku teringat, saat latihan terakhir sebelum ujian ini, aku bilang pada temanku, “aku kan sempurna (gerakanku)” sambil mempraktekkan beberapa tendangan. “sombong,, sombong,,” kata mereka waktu itu. Tapi aku hanya tertawa karena merasa, aku memang pantas menyombongkan diri. Lalu sekarang? Sepertinya aku kena karma. Kesombongan berbuah bencana. Aku, lagi2, menyesali diriku. Musnah sudah kesempatanku meraih target sabuk hijau dalam sekali ujian. 
“Jalan pintas terdekat menuju kesuksesan adalah melewati hambatan.”
Teman2 dan senior bertanya2 soal ujian tadi. Lalu aku menceritakan kesalahan konyolku. Kemudian ms H menyarankan aku untuk meminta kesempatan lagi pada para penguji, yaitu mempraktekkan kata III, berbarengan dengan anak2 yg ujian sabuk kuning. Aku merasa punya harapan, lalu aku mengikuti sarannya dan pergi ke ruangan penguji. Sampai di pintu, keraguan muncul. Aku berbalik ke senior, tp dia menyuruhku kembali. Diapun menemaniku sampai pintu depan. Aku masuk lagi, tapi aku benar2 kehilangan nyali, lalu aku berbalik lagi. Senior yg melihat itu sepertinya kecewa dan pergi duluan meninggalkanku (dengan wajah begoku itu). Tapi aku benar2 takut dan ‘melarikan diri’.Kalo inget itu sekarang, nyesel, mestinya dulu aku coba dulu sebelum 'melarkan diri'. 
ihatequotes ihatequotes™
“Before you talk, listen. Before you react, think. Before you criticize, wait. Before you pray, forgive. BEFORE YOU QUIT, TRY.”

After Complication
Pengumuman kelulusan ujian dimulai. Para kohai disebutkan namanya satu persatu dan diumumkan berhasil atau tidaknya ujian itu. Ada yg naik tingkat dengan sukses, ada pula yg naik tingkat bersyarat, yaitu latihan selama beberapa waktu yg ditentukan dengan menggunakan sabuk yg sama, setelah itu baru diijinkan memakai sabuk tingkatan selanjutnya (biasanya karena skillnya kurang, dan umumnya terjadi pada sabuk biru ke atas). Saat tiba giliranku, Penguji utama menyayangkan aku yg sudah melewatkan DUA KALI kesempatan yg beliau berikan. Bahkan, beliau menyinggung sikapku saat aku keluar ruangan dg menunduk dan memegangi kepalaku sambil berkata, ‘aduuh’. Hal itu menunjukkan betapa aku grogi dan penakut, bernyali kecil. Saat itu, aku lagi2 menyesali kebodohanku. Seandainya saja sebelum keluar ruangan aku meminta kesempatan lagi, kalau perlu mempertaruhkan sabuk kuning (yg pasti kudapat itu), maka aku pasti berhasil. Karena aku tau betul letak kesalahanku. Yaitu antara gerakan A atau B. Dan aku sudah mengambil salah satunya, berarti sisanya pasti benar. Jika aku bersikap seperti itu tadi, pastilah selain aku dapat sabuk hijau, para penguji dan teman2 akan mengingatku, sebagai orang yg keren, bernyali besar yg mempertaruhkan sabuk kuning yg belum didapatnya. Hahaha.. (tuh, sombong lagi. tong kosong nyaring bunyinya) Namun, Penguji utama kemudian mengatakan bahwa aku lulus,,, SABUK KUNING. Yah,,Apa boleh buat… L

Curhat Seorang Introvert
Lupa begitu saja setelah gagal meraih target yg kuimpikan? Tentu tidak. Di kos aku super frustasi. Saking frustasinya, teman satu kos sampai bertanya, aku kenapa? Kemudian, setelah berpikir sejenak, akupun menceritakannya pada mereka, sambil sebelumnya berkata bahwa mungkin masalah ini terlalu sepele sebenarnya. Setelah itu, merekapun mendengarkan, dan bekomentar seadanya. Itu saja. Yang kupikirkan saat itu adalah, betapa bodohnya aku menceritakan semua ini pada mereka. Bebanku bahkan tidak berkurang sama sekali, justru bertambah dengan merasa bahwa aku terlihat konyol di depan mereka. Aku kemudian cari pelarian, curhat dg sobat SMAku lewat sms. Aku pikir, karena dia sobat dekatku pasti sedikitnya memahami apa yg aku rasakan. Akupun curhat, namun ternyata kemudian, responnya tidak beda jauh dg yg tadi: mendengarkan, dan berkomentar seadanya. Aku lalu tersadar, bahwa orang curhat pun harus pilih2. Ya,
“Jika kau ingin menceritakan apa yg kau alami, pilihlah orang yg tepat. Karena orang yg tepat akan memberikan respon yg tepat, respon yg kau butuhka, dan respon yg kau inginkan.”
-My quotation
Dalam kasusku ini, orang yg tepat untuk aku curhati adalah orang yg tahu bela diri. Karena mereka pasti memahami situasi yg aku alami, dan merekapun bisa membayangkan jika mereka berada di posisiku. Dengan begitu mereka juga bisa memberikan respon yg tepat. Begitulah menurut analisaku. Sejak itu, aku, yg seorang introvert ini, semakin berhati-hati jika ingin menceritakan masalah2ku. Padahal, sebelumyapun aku termasuk sangat jarang curhat pada orang lain. Tapi aku benar2 nggak ingin menambah bebanku dengan curhat pada orang yg tidak tepat.
Mengingat kembali tentang semua penyebab masalah ini, Pelajaran yg kudapat adalah, bahwa kesombongn itu bisa menghancurkanmu dari dalam.
Kemudian, untuk menghibur diri, aku terus berpikir, bahwa warna sabuk bukanlah prioritas utama melainkan skill yg kau miliki. Tentu kita bisa membedakan jika ada karate-ka sabuk coklat berlevel putih, dan sabuk putih berlevel coklat. Aku bertahan dalam pemikiran bahwa akan percuma saja bila tingkatanku tinggi tapi kemampuanku nol besar. Dan akupun kembali berlatih, dengan target, pukulan dan tendanganku harus ber’bunyi’, seperti senpai dan senior2ku yg hebat. (Tidak semua seniorku bisa mengeluarkan ‘bunyi’ saat melakukan gerakan. Menurut pengamatanku, hanya Senior Ranu dan Hendi saja. Itu cukup jadi bukti bahwa dalam tingkatan yg sama, kemampuan bisa saja berbeda.)
“Setiap kesalahan yang dipelajari akan membuahkan kesuksesan yang amat besar”
pemulihanjiwa
“Jangan pernah menyerah dalam hal apapun, karena orang yang sulit dikalahkan adalah org yang tidak pernah menyerah. . .”
***

Aku dan Karate Part I

Sunday, October 9, 2011

PERTAMA KALI GABUNG KARATE
Aku ikut karate pertama kali ketika kelas 1 SMP. Baru ada pendaftaran, langsung ikut. kebetulan, itu karate baru aja diadain di SMPku.
Kemampuanku biasa2 aja. Passionku jg enggak membara. Tapi aku mulai suka dan menikmati setiap waktu latihan, juga selalu kesal setiap kali hanya sedikit teman yg berangkat, apalagi kalo senpai (kakak seperguruan,yg nglatih) nggak bisa datang karena job (jd pelatih cuma sampingan). Kalo udah sepi gitu, pasti pulang dan bĂȘte seharian. Soalnya kalo latian sendiri gak pede, barangkali dikira sok2an. (maklum, org dg passion yg tidak membara memang terlalu memusingkan hal kecil seperti ‘anggapan orang’)
Prosesi Latihan
Jujur aja, menurutku, kalo orang gak suka karate (ato beladiri lainnya) pasti udah bosen. Sebab, urutan latiannya monoton, mulai dari pemanasan(taisho), lalu belajar gerakan dasar yaitu pukulan (atas, tengah, bawah dsb) diterusin dg latihan tangkisan2, lalu tendangan2. Begitu terus tiap kali latihan. Lumayan membosankan.
Setelah serangkaian latihan dasar (yg membosankan itu) baru latian langkah2 yg diaplikasika dg gerakan dasar, kemudian dilanjut dengan komite (latih tanding) dan kata (rangkaian gerakan). Nah, komite dan kata itu yg biasanya dipertandingkan dalam turnamen. (Kalo latihan itu sih aku gak bosen hahay)
Biasanya, yg gerakan dasarnya nggak bagus2 amat tp punya kekuatan n kecepatan, lebih suka komite. Sedangkan yg gerakan dasar bagus (dan sebagian cari aman,he,) lebih milih kata, yg merupakan seni nya karate. (kan namanya juga SENI BELA DIRI).
Ujian Kenaikan Tingkat
Baru belajar 3 bulan, senpai kami, Sn.F mengabarkan adanya ujian kenaikan tingkat. Meski kami nggak pede, karena baru 3 bulan berlatih (umumnya 6 bulan, ujian setahun 2x) snpai mengatakan kalo menurut dia kemampuan kami sudah cukup untuk lolos ujian, dari kyu 10 (putih) ke kyu 9 (kuning). Dengan modal nekat, kamipun ikut ujian.
Prosesi Ujian
Ujian diadakan di dojo SMA 2 Pemalang. Karate-ka dari dojo2 se pemalang berkumpul jadi satu. sekedar info. Ujiannya dimulai bareng2 dari semua sabuk. setelah dimulai, kalo putih kelar, putih istirahat, yg lain tetep lanjut. kalo kuning kelar, kuning istirahat, yg lain lanjut, smpe hijau, biru, dan coklat. kebayang ga gimana capeknya yg sabuk coklat? hahay,,
Penghargaan
Ujian dimulai. Anak2 bersabuk putih di kelompok barisan yg sama,dicampur dg semua dojo. Emang bener bgt kata senpai (bahwa kami sudah cukup untuk lulus). Anak2 sabuk putih dari dojo lain juga banyak yg gerakannya masih berantakan. bahkan, masih mendingan anak2 daridojo kami,, hohoho…
Trus,habis semua udah kelar ujian, beberapa anak terpilih dikumpulin jadi satu. terus di tes fisik. rupanya kata senpai, mereka anak2 yg dinilai plus, en bakal di tes lg, apa mereka layak dinilai plus. yg lolos bakal lompat sabuk (ky lompat kelas gitu). lumayan bgt tuh, udah keren, hemat 1x biaya ujian pula, hahay.
Satu orang temen dari dojoku, Defri, jg ikut serta. sayang, pas tes sit up terakhir dy lambat bgt. (yg lain rupanya udah diajari cara sit up atlet, yg cepet bgt). walhasil, dia ga nympe tes final. tp sebagai reward dia, dari sabuk putih, langsung naik sabuk hijau.. plokplokplok.
Habis semua prosesi selesai,kita semua diumumin kelulusannya. diluar dugaan, ternyata anak2 dari dojoku dpt naik 2 tingkat, jadi kyu 8, kuning. Sebab naik tingkatnya, krna kita baru 3 bulan tp skillnya udah oke. Hohoho… senangnya. J
sejak itu, aku makin suka karate

Sayang, aku jarang banget ikut ujian dengan berbagai alasan, apalagi pas kelas tiga sering banget bolos latihan. Alhasil, sampe lulus SMP aku baru pegang kyu 7, sabuk hijau. (temenku Df sampe sabuk biru)
[FYI,urutan sabuknya tu putih(kyu10) kuning(9) kuning(8),hijau(7),biru I (6), biru II (5) coklat I,II,III(4,3,2) dan hitam (1)]
KARATE DI SMA
Setelah lulus SMP, aku pingin nglanjutin karate. Tapi sayang, di SMA gak ada ekskul itu,, L
Baru setelah kelas dua, ada orang yg buka ekskul karate di smaku. Sebenernya seneng, tapi setelah beberapa kali latian, ekskulnya malah vakum lagi. Ga tau alasane apa. Akhirnya selama SMA aku off, ga ada peningkatan di karate. Hmm….. L
(tapi hal itu gak bakal terjadi sama orang2 yg bener2 cinta karate, coz mereka pasti bakal kemana2 buat nyari dojo. Tapi sayangnya mentalku gak sebesar itu, hahay,,kalo iya, mungkin aku udah sabuk item or jadi atlit kali,hehe :P )
Untuk hal ini, ada Kutipan yg tepat; @MotivationWords Hidup kita adalah produk dari KEPUTUSAN kita, bukan kondisi kita atau lingkungan kita. (jangan menyalahkan keadaan).
PS:
Awalnya aku sempet bosen berangkat latihan karate karena monoton dan melulu latihan dasar (tendangan,pukulan,tangkisan). Tapi, ada yg bilang, kalo latihan dasar itu bukan berarti latihan buat para pemula. Semua orang2 bela diri selalu memulai latihan dengan latihan dasar, bahkan atlit internasional atau master sekalipun, karena Latihan dasar adalah pondasi dari bela diri.
Kata-kata itu lumayan menjadi motivasi buat kubuat tetap bertahan.
Lagipula, kalo gerakan dasar dilatih terus, kekuatan, kecepatan, dan keakuratannya pun pasti akan semakin meningkat. J

Beragama vs Bermoral

Thursday, March 31, 2011

Diskusi mata kuliah American Studies pagi tadi membahas tentang agama2 di United States.
Dari diskusi selama sekitar satu jam tadi, selain membuatku tahu bahwa hari libur keagamaan di sana hanya saat Natal dan bahwa Thanksgiving sudah dijadikan culture (bukan ritual keagamaan), ada satu hal yg menarik bagiku. Salah satu peserta kuliah mengatakan orang atheis berpikir bahwa bagi mereka bermoral lebih penting daripada beragama.
Sebagai orang yg beragama saya tidak bisa menyetujui kalimat itu, tapi saya tidak bisa tidak mengakui bahwa kalimat itu sangat tepat bila diterapkan pada umat manusia sekarang ini.

harus

Karena kau harus lebih dulu melalui hidup sebelum mencapai mati.